Sabtu, 01 September 2007

Biografi Raden Mas Adipati Ario Koesoemo Oetoyo (1871-1953)

Biografi Raden Mas Adipati Ario Koesoemo Oetoyo (1871-1953) menjadi inspirasi bagi generasi penerus. Koesoema Oetoyo adalah tokoh pergerakan politik pada masa-masa akhir pemerintahan kolonial Belanda. Kiprah Koesoemo di antaranya sebagai Ketua Organisasi Pergerakan Politik Boedi Oetomo selama 10 tahun (1926-1936) dan menjadi anggota Volksraad atau Dewan Rakyat yang pertama, yang didirikan Belanda tahun 1918.

Catatan sejarah ini kembali dimunculkan sehubungan peluncuran dan bedah buku biografi RMAA Koesoemo Oetoyo berjudul Perjalanan Panjang Anak Bumi, Senin (27/8) di Auditorium Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta. Rushdy Hoesein dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (FIB-UI), dan Roger Tol selaku Direktur Lembaga Kajian Budaya untuk Wilayah Asia Tenggara dari Universitas Leiden, Belanda, tampil sebagai pembahas.

Terkait sosok Koesoema Oetoyo yang tak dikenal luas tersebut, Rusdhy mengungkapkan bahwa perjuangan kebangsaan untuk merintis kemerdekaan Indonesia tidak selalu secara radikal. Pada masa pergerakan menuntut kemerdekaan dari Hindia Belanda, misalnya, anggota-anggota Volksraad menjadi kelompok yang kooperatif.

"Akan tetapi, tujuan politik menuju kemerdekaan Indonesia cukup jelas," ujarnya.

Manifestasi yang paling menonjol dari peranan Volksraad ini, pada 15 Juli 1936 dibuatlah petisi yang menyatakan agar Pemerintah Belanda dan parlemennya menyelenggarakan konferensi di kerajaannya agar menetapkan, dalam jangka 10 tahun ke depan, Indonesia diakui sebagai wilayah mandiri. Petisi itu ditandatangani banyak orang, termasuk Oetoyo. Penanda tangan pertama petisi itu Soetardjo Kartohadikoesoemo sehingga petisi itu kemudian dikenal sebagai Petisi Soetardjo.

Roger Tol pada kesempatan itu menuturkan, biografi pelaku sejarah di Indonesia termasuk jarang dibuat. Buku biografi Koesoemo Oetoyo dinilai sangat penting dan bermanfaat bagi generasi penerusnya.

Dari buku biografi yang diterbitkan Yayasan Obor tersebut, salah satu cucu Oetoyo, Atashendartini Habsjah, mengungkapkan, dalam berbagai pidato Oetoyo di organisasi Boedi Oetomo maupun sidang Bupati Se-Jawa (Oetoyo selama 23 tahun, 1902-1925, menjabat sebagai bupati di beberapa daerah di Jawa), Oetoyo sering mengistilahkan Anak Bumi.

Istilah Anak Bumi itu dimaksudkan Oetoyo untuk mengembalikan kepercayaan diri kaum pribumi. Menurut Atashendartini, Oetoyo selalu menanamkan agar semua ilmu dari Barat harus dikuasai pula Anak Bumi. Identitas Oetoyo sehari-hari sebagai Anak Bumi juga diwujudkan secara konsisten. Oetoyo dalam kesehariannya antimemakai sepatu, selalu mengenakan kain batik pengganti pantolan, dan berbelangkon.

* Digunting dari Harian Kompas Edisi Kamis 30 Agustus 2007